Anaerobic system

Pengolahan Limbah Cair dengan Anaerobic System

Definisi Ipal Anaerobic System ?

Definisi Anaerobic system atau pengolahan anaerobik adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mengelola limbah cair memakai mikroorganisme. Teknik ini memang jarang dipergunakan untuk Ipal di indonesia. Akan tetapi sistem An Aerobic ini jika benar tata cara pengolahannnya Akan mendapatkan hasil yang maksimal.Pemilihan teknik ini berdampak pada kondisi limbah cair yang akan diolah, termasuk karakteristik hingga aspek hidrolisnya.

Cara Kerja Ipal yang menggunakan metode Anaerobic System yaitu dengan memanfaatkan bakteri pengurai yang hidup tanpa menggunakan udara. Jenis bakteri ini sangat langka sehingga untuk mempertahankan kehidupannya dalam suatu sistem pengolahan air limbah cukup sulit. Terutama bagi kontraktor maupun aplikator yang baru berkecimpung di dunia Instalasi Pengolahan air limbah.

Saat ini sudh banyak perusahaan yang mempergunakan teknik pengolahan air limbah dengan tujuan Anaerobic Energy Sistem. Salah satunya pengolahan limbah pome yang tadinya merupakan sebuah masalah yang sulit terpecahkan saat ini sudah bisa diolah dengan menggunakan Teknologi anaerobic  untuk mendapatkan gas methane atau CH4. Gas methane yang dihasilkan dari proses pengolahan tersebut kemudian dikonversi menjadi Biogas untuk dipergunakan Sebagai Pembangkit listrik tenaga Biogass ( PLTBG )

 

 

Pengertian singkat pengolahan limbah

Sebelum membahas lebih jauh seputar Proses pengolahan air limbah dengan an aerobic mari kita kenali dulu pengolahan limbah domestik yang ditangani teknik tersebut.

Karakteristik limbah domestik umumnya didominasi zat organik yang memudahkan penguraian secara biologis atau biodegradable. Maka dari itu, pengolahan limbah secara biologis menjadi opsi yang paling direkomendasikan karena lebih efektif untuk memproses limbah domestik. Ada pun tiga jenis teknik yang biasanya dipakai, antara lain aerobic system, anaerobic system, dan anoxic system.

 

 

[wpi_designer_button id=’377′]

 

 

Dalam pengolahan biologis, proses akan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme seperti fungi, bakteri, protozoa, maupun algae. Mikroorganisme tersebut yang nantinya menguraikan kandungan organik pada limbah.

Satu jenis limbah tertentu mengandung mikroorganisme hidup spesifik yang berkaitan dengan makanan yang tersedia dalam limbah dan kondisi lingkungan. Dengan kata lain, limbah tersebut menjadi sumber makanan untuk mikroorganisme yang bersangkutan.

Kemudian, pengolaan anaerobik menjadi salah satu teknik dalam pengolahan biologis yang dianggap penting selain aerobik. Salah faktor mendasar yang membedakan keduanya adalah asupan oksigen yang dibutuhkan dalam prosesnya.

 

 

Anaerobic System
Anaerobic System

Anaerobic Digester System Efektif untuk mereduksi COD dan BOD Tinggi

Awalnya teknologi Anaerobic sistem direncanakan untuk pengolahan air limbah dengan kandungan COD dan BOD yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan untuk pengolahan air limbah industri yang mengandung organik tinggi jika hanyaa menggunakan teknologi aerob saja diperlukan lahan yang sangat luaas.

Apalagi Industri tersebut mengeluarkan air limbah dengan debit yang cukup besar seperti limbah kertas dan Tekstil. Tentunya hal tersebut membutuhkan penanganan dan perhatian yang lebih serius. Karena penggunaan lahan yang cukup besar membuat produktifitas pabrik kurang efisien.

 

 

[wpi_designer_button id=’241′]

 

 

 

Perbedaan sistem Anaaerobic dan sistem aerobic.

Dalam dunia pengolahn air limbah Ipal dikenal beberapa metode untuk pengolahan air limbah. Yaitu sistem pengolahan limbah dengan proses pengolahan secra Biologi dan proses Kimia Fisika. Perbedaan daari sistem ini adalah media yang dipakai untuk pengolahannya. Jika proses biologi menggunakan Bakteri sebagai media untuk mereduksi kaandungan organic sementara proses kimia fisika menggunakan bahan kimia koagulan untuk memisahkan kotoran dengan air bersih.

Tentunya setiap sistem ini memiliki manfaat dan fungsi yang berbeda beda. Jika proses kimia dipergunakan untuk limbah yang mengandung logam berat tinggi proses biologi bertujuan untuk mengolah limbah dengan kandungan organik yang tinggi. proses biologi sendiri dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

 

  • Ipal Sistem Biologi aerob

Pengolahan Biologi sistem aerob ini menggunakan media bakteri atau mikroorganisme yang hidup dengan adanya udara. selama bakteri bekerja menguraikan air limbah diperlukan suplay udara terus menerus yang dilakukan oleh mesin Aerator. Hal ini untuk menjaga kelangsungan hidup mikroba dan menjamin bakteri dapat hidup dan bekerja dengan baik.

 

  • Ipal sistem Biologi Anaerobic System

Sementara Untuk proses biologi An aeorobic merupakan kebalikan dari proses Aerobic. sistem ini menggunakan bakteri yang dapat hidup taanpaa ada udara. Bedanya sistem ini menghasilkan gas methane atau CH 4 sebagai hasil samping dari proses reaksi an aerob yang terjadi. Konsep inilah yang sering dipergunakan oleh industri untuk mendapatkan benefit lebih dari prose pengolahan air limbah atau Ipal anaerobic system

 

 

[wpi_designer_button id=’241′]

 

 

Faktor Faktor yang mempengaruhi Pengolahan An Aerobic

Secara garis besar, anaerobic system atau pengolahan sistem merupakan pengolahan limbah cair menggunakan mikroorganisme tanpa injeksi udara atau oksigen. Tujuan dari pengolahan ini adalah merombak bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah untuk kemudian diproses menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana dan tak berbahaya.

Dari pengolahan anaerobik, akan dihasilkan gas-gas seperti CO2 (karbon dioksida) dan CH4 (metana). Proses dari teknik ini pun diaplikasikan pada limbah cair organik dengan bahan-bahan organik (COD) tinggi.

Seperti yang disinggung, kondisi lingkungan turut mempengaruhi pengolahan anaerobik. Lantas, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prosesnya?

 

  • Temperatur

Dalam anaerobic system, diperlukan temperatur lebih tinggi demi mencapai laju reaksi yang sudah ditargetkan. Untuk meningkatkan suhu pada teknik ini, akan ada pemanfaatan pada panas serta gas metana yang mana merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari pengolahan anaerobik.

  • Level pH dan alkalinitas

Selanjutnya, pengolahan anaerobik dengan bakteri methanogen punya tingkat sensitivitas lebih tinggi yang mempengaruhi level pH. Oleh karena itu proses ini memerlukan level pH yang berkisar dari 6,5 sampai 7,5 atau sekurang-kurangnya 6,2. Apabila tingkat konsentrasi sulfat cukup tinggi, maka level pH yang dibutuhkan sebaiknya berada di kisaran 7 hingga 8 untuk mencegah keracunan H2S.

Kemudian, tingkat alkalinitas bikarbonat yang dipakai sebaiknya berada di kisaran 2.500 sampai 5.000 mg/L. Dengan demikian, peningkatan asam volatil akan terjaga berkat penurunan pH sekecil mungkin. Akan ada penambahan bikarbonat pada anaerobic system ke dalam reaktor yang bertujuan untuk mengendalikan level pH dan alkalinitas.

  • Kebutuhan nutrien dan produksi lumpur

Produksi lumpur yang dibutuhkan dalam pengolahan anaerobik adalah 0,1 kilogram VSS/kg COD yang tersisihkan. Kemudian, konsentrasi nitrogen yang harus ditambahkan kurang lebih 8% sampai 12% dengan fosfor sebanyak 1,5% sampai 2,5%. Lalu, sebagai rule of thumb, asupan nutrien yang diperlukan dalam proses adalah satu per lima dari pengolahan anaerobik.

 

 

 

[wpi_designer_button id=’338′]

 

 

 

Tahapan Penguraian dalam Proses pengolahan anaerobik

Faktanya, penguraian bahan organik memakai pengolahan anaerobik menimbulkan reaksi rumit. Mungkin saja ada ratusan reaksi dengan masing-masing mikroorganisme serta enzim aktif berbeda.

Penguraian dengan anaerobic system secara umum disederhanakan jadi dua tahap, antara lain:

 

  • Tahap pembentukan asam Acidification

Pada tahap ini ada pembentukan senyawa organik baik terlarut/tersuspensi dari berat molekul besar (polimer) menjadi senyawa organik yang lebih sederhana (monomer). Dalam prosesnya, ada enzim-enzim ekstraseluler yang menjalankannya. Dalam fase proses ini disebut dengan istilah acidification.

 

  • Proses Acetogenesis

Pembentukan asam dari monomer dilakukan bakter-bakteri penghasil asam yang terdiri atas sub divisi acids atau farming bacteria seta acetogenic bacteria. Lantas asam propionat dan butirat akan memasuki pengauraian yang dilakukan actogenic untuk menghasilkan asam asetat.

 

  • Tahap pembentukan metana atau Methanogenesis

Pembentukan metana pada anaerobic system dikerjakan bakteri penghasil metana. Jenis bakteri ini terdiri atas sub divisi acetocaltic methane bacteria yang mampu memproduksi asam asetat, metana, dan karbon dioksida. Hidrogen dan karbon dioksida yang terbentuk dari penguraian sebelumnya akan diintesa bakteri pembentukan metana untuk menjadi air dan metana.

 

 

anaerobic system Digester
anaerobic system Digester

Teknik dan Type Reactor Digester dalam Anaerobic System dan Spesifikasinya

Dalam praktiknya, pengolahan anaerobik mempunyai enam jenis teknik yang cukup populer dipakai, antara lain:

 

  • Bioscrubber

Bioscrubber merupakan sistem pengolahan gas buang yang dirancang untuk mengurangi kandungan H2S yang terdapat dalam biogas. Jenis pengolahan anaerobik ini terdiri atas gas scrubber dan reaktor biologis. Komponen dalam gas scrubber biasanya akan dihilangkan dari aliran gas. Lantas dalam reaktor biologis, polutan yang sudah terserap dari anaerobic system akan diserap air pencuci terdegradasi. Kemudian, cairan pembersih diedarkan ke bioscrubber untuk penyerapan ulang.

Bioscrubber harus didesain sebaik dan secermat mungkin agar gas yang ada di dalam scrubber hanya tinggal selama satu detik. Jumlahnya bisa saja lebih sedikit atau banyak, tergantung tingkat kelarutan pada komponen. Selain itu, bioscrubber harus mempunyai pengemasan secara terbuka dan nozel semprot khusus yang berfungsi untuk mencegah penyumbatan yang dipicu biosludge.

Dalam bioscrubber, sistem biologis membutuhkan karbon atau hidrokarbon dan nutrisi demi keberlangsungan hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, campuran nutrisi pun dimasukkan ke dalam bioscrubber. Komposisi campuran dalam anaerobic system tersebut mengandung nitrogen hingga fosfor.

 

Cara Kerja Reactor Bioscrubber H2S Removal

Adapun reaktor biologis yang terdiri atas perangkat aerasi yang berperan sebagai pemasok bakteri dan oksigen untuk memecah komponen. Jika komponen tersebut mudah larut dan sulit terdegradasi, ada risiko berupa pelepasan komponen ke udara. Lantas, untuk mencegahnya pengiriman udara dari perangkat aerasi akan dilakukan lewat bioscrubber.

Reaktor biologis pun bisa disetel sebagai sistem biofilm atau sistem lumpur aktif pada material pembawanya. Jenis sistem tersebut umumnya dapat memproduksi lumpur dengan jumlah lebih rendah. Lalu, saat pengolahan dengan bioscrubber dimulai, reaktor biologis akan disuntikkan bersama lumpur dari instalasi pemurnian air maupun bioscrubber lainnya.

Lumpur pada jenis anaerobic system ini harus sanggup menyesuaikan diri dengan komposisi komponen khusus pada gas buangan. Sementara penyesuaian pada komponen yang sukar untuk didegradasi akan memakan waktu beberapa minggu sampai sebulan. Lantas proses degradasi sulfur dan klorin pada jenis tertentu akan melewati tahap seperti penyuntikkan kultur bakteri yang sudah ditanam di laboratorium.

 

  • UASB

Merupakan kependekan dari Upflow Anaerobic Sludge Blanket Reactor, UASB termasuk jenis pengolahan yang populer digunakan di berbagai tempat. Hal ini disebabkan UASB memberikan hasil efektif dalam pengolahan limbah organik dengan muatan tinggi. Desain pada perangkat yang dibuat meninggi (vertikal) membuat prosesnya lebih cepat. Maka wajar saja bila UASB sering kali diinstal di area perkotaan yang lahannya terbatas.

Jenis anaerobic system ini pun memiliki waktu tinggal 24 jam saja, jauh lebih sebentar kalau dibandingkan dengan anaerobic lagoon. Pada pemasangannya tak diperlukan instalasi elektrikal seperti mixer yang membuatnya hemat energi dan biaya.

Meski begitu, ada kekurangan yang harus diantisipasi dari UASB, yakni penurunan pada tingkat supended solid hingga mencapai rentang 500 samapi 800 mg/L. Jika tidak, pengolahan limbah pada UASB tak akan berjalan lancar.

 

  • EGSB

Berikutnya ada Expanded Granular Sludge Bed Internal Circulation atau EGSB. Teknik pengolahan ini sebenarnya merupakan pengembangan serta penyempurnaan UASB. Perubahan dilakukan pada membran atau bed yang menjadi tempat bakteri bersarang. Kemudian, ada sistem sirkulasi yang dilengkapi submersible mixer yang meningkatkan peluang kesuksesan penguraian pada anaerobic system.

EGSB adalah jenis pengolahan anaerobik yang direkomendasikan untuk memproses zat organik beracun seperti banzene maupun rantai panjang yang sukar diurai. Karena ada penambahan komponen, instalasi EGSB memakan biaya lebih mahal. Langkah-langkahnya juga lebih kompleks mengingat ada tahap pre-treatment.

 

  • CSTR

Jenis pengolahan anaerobik selanjutnya adalah Continously Stirred Reactor atau CSTR. Sama seperti UASB, teknik ini umum dijumpai di berbagai sektor yang memerlukan pengelolaan limbah cair. CSTR adalah anaerobic system yang akan menempatkan limbah pada bejana tertutup untuk kemudian diaduk secara konstan. Dengan begitu, dekomposisi solid suspended berjalan lebih baik dibandingkan teknik lainnya.

Waktu tinggal limbah cair pada CSTR pun dapat dikurangi sampai tujuh hari. Sementara nilai biologis dan metana dari pengolahan ini lebih banyak, sebab metana diarahkan mengalir pada satu lubang pipa khusus alih-alih ke berbagai tujuan.

Pemasangan CSTR direkomendasikan bagi pihak yang menyediakan anggaran besar mengingat besarnya ukuran tangki dan perlengkapan pengaduk. Namun, keduanya mempunyai ketahanan yang kuat karena menggunakan material besi dengan proteksi linning alih-alih fiber.

Hal lain yang perlu diantisipasi dari jenis anaerobic system ini adalah pengambilan endapan biomassa yang cukup sulit disebabkan lumpur atau sludge yang telanjur tercampur dengan limbah air. Tak hanya itu, operator yang menjalankan CSTR harus memastikan pengadukan tetap konstan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu indikator keberhasilan memakai CSTR adalah jumlah cairan limbah yang masuk sama dengan yang keluar.

 

  • Three phase separator

Mengikuti namaya, jenis pengolahan anaerobik ini berfungsi sebagai pemisah tiga jenis zat, antara lain minyak, air, dan gas berkualitas tinggi. Pengukuran kinerja pada three phase separator meliputi kandungan cairan dalam gas, kandungan minyak dalam air, dan kandungan air dalam minyak.

 

Bagian Pemisahan pada Unit three Phas Separator Anaerobic system:

Primary section.

Bagian ini berperan penting dalam pengumpulan sebagian besar fluida yang masuk. Primary section terdiri atas baffle dan inlet port yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran fluida yang datang dari aliran gas.

 

Secondary separation section.

Dikenal juga dengan nama gravity setting section, bagian ini berfungsi untuk memisahkan setiap butiran cairan berukuran sangat kecil yang belum sempat teripsahkan pada primary section. Prinsip utama pada secondary separation section adalah pengendapan gravitasi, sehingga prosesnya bergantung pada perbedaan antara densitas gas dengan cairan. Lantas untuk mencegah turbulensi, anaerobic system ini dibekali alat khusus untuk melambatkan aliran.

 

Mist extraction section.

Bagian ini berperan sebagai pemisah butiran cairan halus dengan bentuk kabut yang terbawa bersama aliran gas.

 

Liquid collecting section.

Pada bagian ini, cairan yang terbebas dari gas akan ditampung. Ada pula sight glass yang dipasang untuk memantau level cairan.

Kebanyakan three phase separator dipasang secara horizontal, tetapi ada juga yang vertikal. Fungsi kedua versi ini pun tak jauh berbeda.

 

 

  • Flare

Jenis pengolahan anaerobik terakhir adalah flare atau biogas flare, teknik yang dipakai sebagai konversi gas limbah. Hasilnya nanti akan sama dengan produk dari pengolahan lumpur limbah atau proses fermentasi biomassa (jenis sumber daya terbarukan) dari pabrik biomassa.

Contoh hasil pengolahan limbah dari jenis anaerobic system terbilang umum. Produknya dapat dilihat di tempat pengolahan sampah, digester anaerobik, maupun sumber biomassa lain. Gas nantinya akan dicampurkan dengan karbon dioksida, metana, oksigen, hidrogen sulfida, sebagian kecil nitrogen, dan jenis gas lain yang dibutuhkan. Pemakaian flare harus diawasi dengan ketat untuk memastikan pembakaran berjalan secara efisien.

Pada biogas flare, pasokan oksigen dalam campuran yang datang menuju suar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Pengolahan anaerobik ini juga harus dibakar mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, entah pada sistem yang sudah ditinggikan atau yang masih tertutup. Sejumlah produsen bahkan menyediakan komponen khusus yang bisa mengoperasikan anaerobic system secara maksimal.

 

 

 

[wpi_designer_button id=’241′]

 

 

 

Hal-hal yang harus diperhatikan pada anaerobic system

Jenis yang beragam dengan masing-masing kompleksitas membuat instalasi dan pemakaian pengolahan anaerobik perlu diperhatikan sebaik mungkin. Beberapa hal yang sebaiknya diperiksa secara cermat mencakup:

 

  • Waktu tinggal

Beberapa teknik pengolahan membutuhkan waktu tinggal lama untuk menguraikan limbah cair yang dimasukkan. Pasalnya, ada tiga fase pengolahan yang harus dilewati, yakni hidrolisis, asidifikasi, serta methanogenesis.

Pada pengolahan anaerobik konvensional, waktu tinggal yang diperlukan berkisar dari 30 sampai 60 hari. Sementara sistem yang sudah masuk kategori high rate hanya membutuhkan waktu sekitar 15 hati. Namun, kemajuan teknologi memungkinkan anaerobic system mempunyai waktu tinggal lebih singkat agar dimensinya tak terlalu besar.

 

  • Pemantauan reaktor

Reaktor yang terpasang pada pengolahan anaerobik harus dipantau secara berkala supaya oksigen dan pH tetap berada di kisaran 6,6 hingga 7,6 dengan alkalinitas cukup. Dengan begitu, pH tidak akan turun drastis selepas asifikasi. Pasalnya, sistem ini mempekerjakan dua bakteri yang berlawanan. Salah satu bakteri mampu menghasilkan asam atau asidifikasi, sementara yang satu lagi merupakan bakteri methanogenesis yang memerlukan pH netral untuk bertahan hidup.

 

  • Temperatur 

Karena memegang peran penting dalam anaerobic system, temperatur pada reaktor pun harus selalu diatur dalam kondisi minimal suhu mesophilic, yakni dari 30 hingga 38oC. Jadi, bakteri yang dipakai bekerja dengan baik

 

 

Keuntungan menggunakan anaerobic system

Memakai pengolahan anaerobik untuk mengelola limbah cair pun membawa keuntungan seperti:

  • Lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit dan stabil dibandingkan pengolahan aerobik konvensional, sehingga pemakaian sludge digester tak terlalu dibutuhkan;
  • Menghasilkan sejumlah energi berupa gas metana, terapi fungsinya lebih efektif saat debit limbah yang masuk cukup besar dengan kandungan organik tinggi;
  • Tahan terhadap fluktuasi beban limbah besar mengingat debit yang masuk kecil daripada dimensi bangunan. Oleh karena itu pengolahan anaerobik disarankan untuk pengelolaan biologis awal untuk limbah dengan kandungan organik tinggi;
  • Pada beberapa pengolahan, beban yang tak terlalu besar dapat dirancang menggunakan konsep low energy cost dan free maintenance.

 

Hubungi kami

Untuk Informasi Lebih lanjut mengenai produk produk yang berhubungan dengan pengolahan limbah anaerobic system dan peralatan pendukung lainnya. Hubungi Tecnical suport dan marketing kmai. Dengan senang hati kami akan mempresentaasikan semua produk layanan dan jasa perusahaan kami.

Atau konsultasikan kebutuhan anda dengan menghubungi cFast response kami atau konsultasi Via Whats ap untuk mendapatkan promo harga terbaik. Demikian informasi seputar anaerobic system sebagai salah satu metode pengolahan limbah.

 

 

Dapatkan Diskon menarik dengaan bekerjasaama menjadi suplier atau distributor maupun agen produk produk pengolahan air limbah atau air bersih. Toya Arta Sejahtera membuka kesempatan bagi perusahaan di luar daerah maupun luar jawa untuk menjadi distributor dan wakil pemasaran semua produk kami. Pastikan memilih Toya arta sebagai penyedia paket Anaerobic sistem terbaik project anda.

 

 

 

 

[wpi_designer_button id=’241′]

Scroll to Top